Ketika seseorang tidak pernah menerima dan mengalami cinta kasih selama tahun-tahun pertama kehidupan mereka, mereka cenderung menjadi curiga dan obsesif. Mereka mengembangkan keterikatan yang tidak sehat (unhealthy attachment) dan itu membuat mereka sulit untuk memiliki hubungan yang baik.
Kurangnya cinta kasih meninggalkan dampak yang langgeng pada perkembangan manusia. Orang-orang yang tidak pernah mengalami rasa dikasihi lebih sering menolak diri dan mereka banyak berkembang membentuk keperibadian dari kekeurangan kasih ini. Kurangnya cinta kasih, dengan sendirinya, merupakan bentuk pelecehan (abuse). Kekurangan cinta kasih memiliki pengaruh besar pada citra diri (gambar diri / self-image) dan persepsi tentang realitas.
Konsekuensi kekurangan cinta kasih dapat menentukan arah dan kualitas hidup seseorang. Setiap tahap perkembangan anak adalah refleksi (cerminan) dari efek cinta kasih. Seorang anak yang tidak cukup dicintai cenderung lebih pendek dan lebih ringan. Selain itu, mereka memiliki prestasi akademik yang lebih rendah dan menanggapi hal-hal dengan lebih banyak ketakutan dan agresivitas daripada anak-anak lain. Selama masa remaja, remaja yang tidak mengalami cinta kasih yang memadai lebih bersifat memberontak dan rentan terhadap tekanan teman sebaya. Mereka juga lebih rentan terhadap kecanduan.
Nasib buruk yang dapat menimpa seorang manusia adalah pada saat ia dilahirkan didunia ini tanpa kasih sayang. Ia akan bertumbuh tanpa memiliki kasih sayang sehingga konsep kasih sayang menjadi asing baginya. Jika ia sejak lahir tidak memiliki kasih sayang bagaimana mungkin ia mengasihi. Seseorang hanya dapat memberikan apa yang dimilikinya. Jika ia tidak memiliki kasih maka ia tidak akan dapat memberikan kasih – inilah kemalangan yang dialami manusia yang terlahir tanpa kasih sayang.
1 Yohanes 4:19 mengatakan, “Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita.”
Ayat ini secara jelas menunjukkan kepada kita bahwa Allah yang adalah sumber kasih telah terlebih dahulu mengasihi kita melalui orang-orang disekitar kita, pertama-tama melalui orang tua kita, anggota keluarga kita atau dikasihi oleh pihak ketiga seperti orang tua angkat atau pengasuh dalam panti asuhan.
Artinya, anak yang dilahirkan harus terlebih dahulu menerima kasih sebelum mampu memberikan kasihnya.
Orang yang bertumbuh dewasa tanpa dikasihi akan mengalami kepincangan hidup. Mereka akan mengalami kesulitan untuk mengetahui siapa jati diri (identitas) mereka, mereka tidak memiliki gambar diri (self-image) yang baik dan harga diri (self-esteem) merekapun tidak akan berkembang dengan baik.
Akibatnya, mereka mengalami kesulitan menemukan tujuan hidup dan tempat mereka di dunia… Mereka merasa tidak nyaman dan tidak puas. Konsekuensi signifikan lainnya terkait dengan hubungan, baik romantis maupun platonik (hubungan platonik adalah hubungan yang tidak bersifat romantik atau bebas dari hubungan seksual). Singkatnya, kurangnya cinta kasih bisa menghancurkan.
Sumber : Harry Lee, MD, PsyD, BBS